Sabtu, 01 September 2012

Bagaimana Menjadi Muslim Sejati


KOMITMEN MUSLIM SEJATI

Bagian pertama dari tulisan ini memaparkan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang muslim sehingga ia benar-benar menjadi muslim sejati. Sedangkan bagian kedua memaparkan tentang kewajiban memperjuangkan Islam dan berafiliasi kepada pergerakan Islam.

PADA BAGIAN PERTAMA,  menggugat pengakuan keislaman kita.

Pengakuan sebagai muslim bukanlah klaim terhadap pewarisan, bukan klaim terhadap suatu identitas, juga bukan klaim terhadap suatu penampilan lahir, melainkan pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen kepada Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.”

Sebagai muslim, kita harus sadari bahwa iman bukanlah warisan yang kita dapatkan dari orang tua kita. Atau dari faktor lingkungan dimana kita berada. Tapi keimanan adalah kesadaran terdalam diri kita atas penciptaan kita dan kewajiban untuk menjadi abdi, hamba kepada Dia, ALLAH yang menciptakan kita.

Karakteristik yang harus kita miliki untuk menjadi muslim sejati adalah sebagai berikut:
  1. KITA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH KITA
Konsekuensi dari hal ini, maka kita harus:
  1. Meyakini bahwa ALLAH Maha Pencipta, Maha Tahu, Maha Kuat, dan harus disembah
  2. Meyakini bahwa ALLAH menciptakan alam semesta ini tidaklah secara sia-sia
  3. Meyakini bahwa ALLAH mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk mengenalkan manusia kepada pengetahuan tentang Dia, tujuan penciptaan mereka, awal kejadian, dan tempat kembali nanti
  4. Meyakini bahwa tujuan keberadaan manusia adalah untuk mengenal ALLAH
  5. Meyakini bahwa balasan bagi orang mukmin yang taat adalah surga, sedangkan yang kafir adalah neraka
  6. Meyakini bahwa manusia melaksanakan kebajikan dan kejahatan dengan ikhtiar dan kehendaknya, akan tetapi ia tidak bisa melaksanakan kebaikan kecuali dengan taufik dan pertolongan ALLAH
  7. Meyakini bahwa menetapkan syariat merupakan hak ALLAH yang tidak boleh dilanggar
  8. Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat ALLAH yang selaras dengan keangungan-Nya
  9. Bertafakkur mengenai ciptaan ALLAH, bukan mengenai dzat-Nya
  10. Meyakini bahwa pendapat para salaf lebih utama untuk diikuti, khususnya dalam persoalan takwil dan ta’thil serta menyerahkan pengetahuan mengenai makna-makna ini kepada ALLAH
  11. Menyembah ALLAH tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
  12. Takut kepada-Nya dan tidak takut kepada selain-Nya
  13. Mengingat-Nya dan senantiasa mengingat-Nya.
  14. Mencintai ALLAH dengan kecintaan yang menjadikan hati senantiasa merindukan keagungan-Nya
  15. Bertawakkal kepada ALLAH dalam segala keadaan dan menggantungkan diri kepada–Nya dalam segala urusan
  16. Bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya yang tak terhitung
  17. Beristigfar memohon ampunan-Nya
  18. Senantiasa menyadari pengawasan ALLAH dalam keadaan sendiri maupun di tengah-tengah manusia
Doktor Brill, seorang ilmuwan barat mengatakan, "Seorang agamis sejati tidak akan pernah menderita sakit jiwa."

Dale Carnegie mengatakan, "Para dokter jiwa mengetahui bahwa keimanan yang kuat dan keteguhan memegang ajaran agama memberikan jaminan untuk mengatasi kerisauan dan kegelisahan serta menyembuhkan berbagai macam penyakit."

2.  KITA HARUS MENGISLAMKAN IBADAH KITA

Dalam Adz-Dzariyat ayat 56, ALLAH berfirman,

”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Konsekuensi dalam point kedua ini maka kita harus :
  1. Beribadah dengan khusyuk sehingga bisa menghayati kehangatan komunikasi dengan ALLAH
  2. Sepenuh hati dalam beribadah
  3. Tamak dari beribadah, tidak pernah merasa puas
  4. Memiliki keinginan besar untuk melaksanakan qiyamullail (shalat malam). Firman ALLAH dalam Al-Muzammil 6, ”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”
  5. Menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman ALLAH dalam Al-Qur’an. Rasulullah bersabda, “Seutama-utama ibadah umatku adalah membaca AL-Qur’an.” (HR.Abu Na’im, dalam Fadhailul Qur’an)
  6. Doa harus menjadi tanggaku dalam memohon kepada ALLAH dalam setiap keadaan.
Firman ALLAH, “…Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenan-kan bagimu.”

3.  KITA HARUS MENGISLAMKAN AKHLAK KITA

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ahmad, Rasulullah bersabda,
”Sesungguhnya Aku diutus oleh ALLAH untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Suatu waktu, seperti yang diriwayatkan Ahmad, Rasulullah ditanya,
”Apakah agama itu?”
Beliau menjawab, ”Akhlak yang baik.”
Kemudian beliau ditanya tentang kesialan. Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk.”

Diantara sifat yang seyogianya terdapat pada seorang muslim sejati adalah:
  1. Bersikap wara’ (hati-hati) terhadap syubhat
  2. Menahan pandangan (ghadul bashar)
  3. Menjaga lidah
  4. Malu (haya’)
  5. Pemaaf dan sabar
  6. Jujur
  7. Rendah hati
  8. Menjauhi prasangka, ghibah, dan mencari cela sesama muslim
  9. Dermawan dan pemurah
  10. Menjadi teladan yang baik
4. KITA HARUS MENGISLAMKAN KELUARGA DAN RUMAH TANGGA KITA

Dalam At-Tahrim ayat 6, ALLAH berfirman,

”Hai orang-orang yang beriman, peliharah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Beberapa hal yang ditekankan dalam bagian ini adalah:
  1. Tanggungjawab pernikahan
  • Pernikahan harus dilaksanakn semata-mata karena ALLAH
  • Hendaklah salah satu tujuan pernikahanku adalah menahan pandangan, memelihara kemaluan, dan bertakwa kepada ALLAH
  • Memilih istri dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda, “Hendaklah kita memilih untuk nutfah kita, karena gen itu dapat menurun (niza’).”
  • Memilih wanita yang berakhlak dan beragama
  • Berhati-hati jangan sampai melanggar perintah ALLAH dalam pernikahan
2. Tanggungjawab pasca pernikahan
  • Bersikap baik dan menghargai istri agar tumbuh kepercayaan antara satu dan lainnya. Rasulullah bersabda, ”Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik kepada istrinya, dan aku adalah yang terbaik di antara kita terhadap istriku.” (HR.Ibnu Majah dan Hakim)
  • Jangan sampai hubungan dengan istri hanya sebatas ranjang dan nafsu. Lebih penting lagi adalah kesesuaian dalam pemikiran, spiritual dan emosi. ALLAH berfirman dalam Thaha ayat 132, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
  • Hubungan dengan istri dengan tuntunan syara’. Rasul bersabda, “Tidaklah seseorang menuruti istrinya dalam hal yang diinginkan nafsunya, kecuali ALLAH pasti menelungkupkan wajahnya di neraka.” Dalam kesempatan lain, beliau berkata, “Sungguh celaka budak istri.”
3. Tanggungjawab bersama dalam mendidik anak

Pada hakikatnya, buah yang diharapkan dari terbentuknya rumah tangga muslim adalah memunculkan keturunan yang shaleh.

Dalam Al-Furqan, ayat 74, ALLAH berfirman,

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Rasulullah bersabda,
“Tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Muttafaq ilaih)
Selain itu, Rasul juga berkata,
”Tidaklah seorang ayah memberi kepada anaknya suatu pemberian yang lebih utama daripada adab yang baik.” (HR. Tirmidzi)

5. KITA HARUS MENGALAHKAN HAWA NAFSU KITA

ALLAH berfirman,

”Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka ALLAH mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 7-10)

Beberapa hal yang dibahas dalam point kelima ini adalah:
  1. Sifat-Sifat Manusia
Dalam pergulatan melawan hawa nafsu, manusia terbagi menjadi beberapa tipe:
  • Yang dikalahkan oleh nafsu mereka. Mereka cenderungan pada kehidupan dunia. Mereka adalah orang-orang kafir yang melupakan ALLAH.
  • Yang bersungguh-sungguh memerangi nafsunya. Terkadang menang, terkadang kalah. Mereka berbuat kesalahan, tetapi kemudian bertaubat.
ALLAH berfirman,
”Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan ALLAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain ALLAH? Dan merekatidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali-Imran:135)

Rasulullah bersabda,
”Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertaubat.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi)

Relevan dengan hadits ini, ada sebuah riwayat dari Wahab bin Munabih. Ia berkata,
“Sesungguhnya Iblis pernah berjumpa dengan Yahya bin Zakaria. Lalu, Yahya bin Zakaria berkata kepadanya, “Beritahulah aku tentang karakter anak Adam dalam pandangan kita!”
Iblis menjawab, “Segolongan dari mereka adalah orang-orang sepertimu yang maksum. Kami sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa untuk menggoda mereka. Golongan kedua adalah orang-orang yang di tangan kami ibarat sebuah bola yang ada di tangan anak-anak kita. Keadaan diri mereka sendiri telah memberi peluang bagi kami, sehingga kami tidak perlu bersusah-susah menggoda mereka. Dan golongan ketiga adalah orang-orang yang paling menyulitkan kami. Kami selalu mendatangi mereka, tetapi setelah kami memperoleh apa yang kami hajatkan darinya, lantas ia tiba-tiba beristigfar memohon ampun sehingga istigfar itu merusak apa yang telah kami peroleh darinya. Jadi, kami tidak pernah putus asa menggodanya, tetapi kami juga tidak pernah mendapatkan apa yang kami perlukan darinya.”

2. Perangkat-Perangkat untuk Memenangkan Pertarungan Melawan Hawa Nafsu
  • Hati. Ali bin Abi Thalib berkata, ”Sesungguhnya ALLAH memiliki bejana di bumi-Nya, yaitu hati. Maka, hati yang paling dicintainya adalah hati yang paling lembut, jernih dan kukuh.”
  • Akal. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa dikehendaki baik oleh ALLAH, niscaya Ia memahamkannya mengenai agama.” (HR.Muslim)
3. Indikasi-Indikasi Kekalahan Akhlak

”Sesungguhnya, ketika hati mati atau mengeras, ketika akalnya padam atau menyimpang, dan ia kalah dalam peperangannya melawan setan, ketika itu banyak pintu kejahatan di dalam dirinya sendiri dan setan mengalir di dalam diri anak Adam sebagaimana aliran darah.” (hal.72)

4.  Sarana-sarana untuk membentengi diri dari masuknya setan

Setan mendatangi manusia dari 10 pintu:
  1. Ambisi dan buruk sangka
  2. Kecintaan terhadap dunia dan panjang angan-angan
  3. Keinginan untuk santai dan bersenang-senang
  4. Bangga diri
  5. Meremehkan dan kurang menghargai orang lain
  6. Dengki
  7. Riya’
  8. Kikir
  9. Sombong
  10. Tamak
6.  KITA HARUS YAKIN BAHWA MASA DEPAN ADALAH MILIK ISLAM

Keyakinan ini didorong oleh beberapa faktor:
  1. Rabbaniyyah Manhaj Islam
  2. Universalitas Manhaj Islam
  3. Elastisitas Manhaj Islam
  4. Kelengkapan Manhaj Islam
  5. Keterbatasan sistem-sistem “wadh’iyyah”
PADA BAGIAN KEDUA, penulis menjelaskan tentang afiliasi terhadap gerakan Islam.
Ia menulis sebagai berikut,
”Dasar untuk mengaku sebagai aktivis pergerakan Islam adalah hendaknya pada diri seseorang telah terwujud semua sifat dan karakteristik pengakuannya sebagai Muslim. Inilah yang menjadikan pergerakan Islam memberikan perhatian terhadap kaderisasi, agar muncul individu Muslim yang benar keislamannya, sebelum menyiapkannya sebagai aktivis pergerakan.” (hal.83)
Karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim agar pengakuan keislamannya benar, sebagai berikut:
  1. KITA HARUS HIDUP UNTUK ISLAM
Manusia terbagi menjadi tiga golongan:

1. Golongan yang hidup untuk dunia. Kaum materialis. Oleh Al-Qur’an, mereka disebut sebagai “dahriyin”.
Lenin, salah seorang tokoh Komunis Rusia, pernah mengomentari pendapat seorang filosof seperti ini, “Sesungguhnya, alam semesta ini tidak prenah diciptakan oleh Tuhan atau manusia. Ia telah ada sejak semula dan akan tetap ada. Ia akan menjadi obor yang hidup abadi, ia akan hidup dan padam mengikuti hukum-hukum tertentu.”

2. Golongan yang tercampakkan di antara dunia dan akhirat
Mereka menjalankan agama secara ritual, formalitas belaka. Akan tetapi keyakinannya goyah.

3. Golongan yang menganggap dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat.
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Al-An’am: 32)

Bagaimana kita hidup untuk Islam?
1.       Mengetahui tujuan hidup
2.       Mengetahui nilai-nilai dunia dibandingkan dengan akhirat
“Dunia adalah penjara orang mukmin dan surga orang kafir” (HR.Muslim
3.       Menyadari bahwa kematian pasti datang dan mengambil pelajaran darinya
”Kubur adalah satu taman diantara taman-taman surga atau satu parit di antara parit-parit neraka.” (HR.Thabrani
4.       Mengetahui hakikat Islam
5.       Mengetahui hakikat jahiliyah
6.       Rasulullah berkata, ”Barangsiapa mempelajari bahasa suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”
  1. KITA HARUS MEYAKINI KEWAJIBAN MEMPERJUANGKAN ISLAM
Memperjuangkan Islam adalah wajib. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:
  1. Kewajibannya sebagai prinsip
  2. Kewajibannya sebagai hukum
  3. Kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat
  4. Kewajiban secara individu dan kolektif
  5. Barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri
  1. PERGERAKAN ISLAM; MISI, KARAKTERISTIK, DAN PERLENGKAPANNYA
  1. Misi Pergerakan Islam. Tegaknya agama ALLAH di muka bumi.
  2. Karakteristik dasar pergerakan Islam:
·         Rabbaniyyah (Ketuhanan)
·         Pergerakan independen
·         Pergerakan progressif
·         Pergerakan komprehensif
·         Menjauhi Perselisihan fiqih
  1. Spesifikasi Gerakan Islam
·         Jauh dari kekuasaan para penguasa dan politikus, walau di antara anggotanya ada yang menjadi penguasa dan politikus
·         Memiliki tahapan dalam dakwahnya. Imam Hasan Al-Banna, dalam Risalah Ta’alim, menjelaskan bahwa dakwah ini memiliki tiga tahapan: ta’rif (pengenalan), takwin (pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan).

Tahapan Ta’rif  :
Menyebarkan fikrah umum kepada masyarakat, sarananya adalah pengajian dan bimbingan, pendirian lembaga-lembaga yang bermanfaat, serta sarana-sarana operasional lainnya.

Tahapan Takwin :
Menyaring unsur-unsur yang baik untuk memikul beban-bedan jihad dan membentuk sinergi satu sama lain. Aturan dakwah dalam tahapan ini adalah sufi murni dilihat dari aspek spiritual dan militer murni dilihat dari aspek operasional. Pada tahapan ini tidak ada yang berhubungan dengan dakwah selain orang yang memiliki kesiapan sejati untuk memikul beban-beban jihad yang panjang dan banyak tanggungjawab. Tanda-tanda pertama kesiapan adalah ketaatan yang penuh.

Tahapan Tanfidz :
Dakwah pada tahapan ini berupa jihad tanpa kompromi, aktivitas berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan, serta ujian dan cobaan yang tidak mungkin mampu bersabar menghadapinya selain orang-orang yang tulus. Tidak ada yang menjamin kesuksesan dalam periode ini selain ketaatan yang penuh pula.
  • Mengutamakan aktivitas dan produktivitas ketimbang klaim dan propaganda
  • Mengatur napas yang panjang
  • Nyata dalam aktivitas, rahasia dalam organisasi
  • Uzlah kejiwaan, bukan fisik
  • Tujuan tidak menghalalkan segala cara
4.  Perlengkapan Pergerakan Islam
  • Memiliki keimanan yang kuat
  • Meyakini jalan yang mereka tempuh, keistimewaan dan kebaikannya
  • Meyakini persaudaraan serta hak-hak dan kesakralannya
  • Meyakini agung dan besarnya pahala
  • Meyakini akan diri sendiri
4.  KITA HARUS MENGETAHUI  JALAN PERJUANGAN ISLAM
”Kita bukanlah organisasi sosial, bukan partai politik, bukan pula organisasi domestik yang memiliki keterbatasan tujuan. Tetapi kita adalah ruh baru yang mengalir di dalam hati sanubari umat ini, kemudian dihidupkan oleh ALLAH dengan cahaya Al-Quran. Kita adalah cahaya baru yang bersinar terang, yang akan memorak-porandakan kegelapan hidup hedonistis dengan makrifatullah. Ketahuilah, kita adalah suara yang bergaung keras dengan menggemakan seruan Rasulullah Saw.”

5. KITA HARUS MENGETAHUI DIMENSI AFILIASI KITA KEPADA PERGERAKAN ISLAM
  1. Afiliasi dalam akidah
  2. Afiliasi dalam tujuan
6. KITA HARUS MENGETAHUI POROS-POROS PERJUANGAN ISLAM

Tiga Poros Perjuangan Islam :
  1. Kejelasan tujuan
  2. Kejelasan jalan
  3. Komitmen terhadap jalan Rasul Saw.
Posisi Kekuatan Fisik dalam Strategi Pergerakan Rasulullah berkata,
”Mukmin yang kuat itu lebih dicintai ALLAH daripada mukmin yang lemah.” (HR.Muslim)


7. KITA HARUS MENGETAHUI PERSYARATAN BAIAT DAN KEANGGOTAAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
  1. Kualitas bukan kuantitas
  2. Baiat dan hukumnya
  3. Ketaatan dan hukumnya
  4. Rukun-Rukun baiat
  5. Kewajiban-Kewajiban Akhi Muslim.
 (Disarikan dari buku Maadzaa Ya'nii Intimaai Lil Islam oleh Fathi Yakan)