KOMITMEN MUSLIM SEJATI
Bagian pertama dari tulisan ini
memaparkan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang muslim sehingga ia
benar-benar menjadi muslim sejati. Sedangkan bagian kedua memaparkan tentang
kewajiban memperjuangkan Islam dan berafiliasi kepada pergerakan Islam.
PADA BAGIAN PERTAMA, menggugat pengakuan keislaman kita.
Pengakuan sebagai muslim bukanlah
klaim terhadap pewarisan, bukan klaim terhadap suatu identitas, juga bukan
klaim terhadap suatu penampilan lahir, melainkan pengakuan untuk menjadi
penganut Islam, berkomitmen kepada Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam
setiap aspek kehidupan.”
Sebagai muslim, kita harus sadari
bahwa iman bukanlah warisan yang kita dapatkan dari orang tua kita. Atau dari
faktor lingkungan dimana kita berada. Tapi keimanan adalah kesadaran terdalam
diri kita atas penciptaan kita dan kewajiban untuk menjadi abdi, hamba kepada
Dia, ALLAH yang menciptakan kita.
Karakteristik yang harus kita miliki
untuk menjadi muslim sejati adalah sebagai berikut:
- KITA HARUS MENGISLAMKAN AKIDAH KITA
Konsekuensi dari hal ini, maka kita
harus:
- Meyakini bahwa ALLAH Maha Pencipta, Maha Tahu, Maha
Kuat, dan harus disembah
- Meyakini bahwa ALLAH menciptakan alam semesta ini
tidaklah secara sia-sia
- Meyakini bahwa ALLAH mengutus para rasul dan menurunkan
kitab-kitab untuk mengenalkan manusia kepada pengetahuan tentang Dia,
tujuan penciptaan mereka, awal kejadian, dan tempat kembali nanti
- Meyakini bahwa tujuan keberadaan manusia adalah untuk
mengenal ALLAH
- Meyakini bahwa balasan bagi orang mukmin yang taat
adalah surga, sedangkan yang kafir adalah neraka
- Meyakini bahwa manusia melaksanakan kebajikan dan
kejahatan dengan ikhtiar dan kehendaknya, akan tetapi ia tidak bisa
melaksanakan kebaikan kecuali dengan taufik dan pertolongan ALLAH
- Meyakini bahwa menetapkan syariat merupakan hak ALLAH
yang tidak boleh dilanggar
- Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat ALLAH yang selaras
dengan keangungan-Nya
- Bertafakkur mengenai ciptaan ALLAH, bukan mengenai
dzat-Nya
- Meyakini bahwa pendapat para salaf lebih utama untuk
diikuti, khususnya dalam persoalan takwil dan ta’thil serta menyerahkan
pengetahuan mengenai makna-makna ini kepada ALLAH
- Menyembah ALLAH tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun
- Takut kepada-Nya dan tidak takut kepada selain-Nya
- Mengingat-Nya dan senantiasa mengingat-Nya.
- Mencintai ALLAH dengan kecintaan yang menjadikan hati
senantiasa merindukan keagungan-Nya
- Bertawakkal kepada ALLAH dalam segala keadaan dan
menggantungkan diri kepada–Nya dalam segala urusan
- Bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya yang tak
terhitung
- Beristigfar memohon ampunan-Nya
- Senantiasa menyadari pengawasan ALLAH dalam keadaan
sendiri maupun di tengah-tengah manusia
Doktor Brill, seorang ilmuwan barat
mengatakan, "Seorang agamis sejati tidak akan
pernah menderita sakit jiwa."
Dale Carnegie mengatakan, "Para dokter jiwa mengetahui bahwa
keimanan yang kuat dan keteguhan memegang ajaran agama memberikan jaminan untuk
mengatasi kerisauan dan kegelisahan serta menyembuhkan berbagai macam penyakit."
2. KITA HARUS MENGISLAMKAN
IBADAH KITA
Dalam Adz-Dzariyat ayat 56, ALLAH
berfirman,
”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Konsekuensi dalam point kedua ini
maka kita harus :
- Beribadah dengan khusyuk sehingga bisa menghayati
kehangatan komunikasi dengan ALLAH
- Sepenuh hati dalam beribadah
- Tamak dari beribadah, tidak pernah merasa puas
- Memiliki keinginan besar untuk melaksanakan qiyamullail
(shalat malam). Firman ALLAH dalam Al-Muzammil 6, ”Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu
lebih berkesan.”
- Menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman
ALLAH dalam Al-Qur’an. Rasulullah bersabda, “Seutama-utama ibadah umatku
adalah membaca AL-Qur’an.” (HR.Abu Na’im, dalam Fadhailul Qur’an)
- Doa harus menjadi tanggaku dalam memohon kepada ALLAH
dalam setiap keadaan.
Firman ALLAH, “…Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Ku-perkenan-kan bagimu.”
3. KITA HARUS MENGISLAMKAN
AKHLAK KITA
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Ahmad, Rasulullah bersabda,
”Sesungguhnya Aku diutus oleh ALLAH
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Suatu waktu, seperti yang
diriwayatkan Ahmad, Rasulullah ditanya,
”Apakah agama itu?”
Beliau menjawab, ”Akhlak yang baik.”
Kemudian beliau ditanya tentang kesialan. Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk.”
Beliau menjawab, ”Akhlak yang baik.”
Kemudian beliau ditanya tentang kesialan. Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk.”
Diantara sifat yang seyogianya
terdapat pada seorang muslim sejati adalah:
- Bersikap wara’ (hati-hati) terhadap syubhat
- Menahan pandangan (ghadul bashar)
- Menjaga lidah
- Malu (haya’)
- Pemaaf dan sabar
- Jujur
- Rendah hati
- Menjauhi prasangka, ghibah, dan mencari cela sesama
muslim
- Dermawan dan pemurah
- Menjadi teladan yang baik
4. KITA HARUS MENGISLAMKAN
KELUARGA DAN RUMAH TANGGA KITA
Dalam At-Tahrim ayat 6, ALLAH
berfirman,
”Hai orang-orang yang beriman,
peliharah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Beberapa hal yang ditekankan dalam
bagian ini adalah:
- Tanggungjawab pernikahan
- Pernikahan harus dilaksanakn semata-mata karena ALLAH
- Hendaklah salah satu tujuan pernikahanku adalah menahan
pandangan, memelihara kemaluan, dan bertakwa kepada ALLAH
- Memilih istri dengan sebaik-baiknya. Rasulullah
bersabda, “Hendaklah kita memilih untuk nutfah kita, karena gen itu dapat
menurun (niza’).”
- Memilih wanita yang berakhlak dan beragama
- Berhati-hati jangan sampai melanggar perintah ALLAH
dalam pernikahan
2. Tanggungjawab pasca pernikahan
- Bersikap baik dan menghargai istri agar tumbuh
kepercayaan antara satu dan lainnya. Rasulullah bersabda, ”Sebaik-baik
kamu adalah yang terbaik kepada istrinya, dan aku adalah yang terbaik di
antara kita terhadap istriku.” (HR.Ibnu Majah dan Hakim)
- Jangan sampai hubungan dengan istri hanya sebatas
ranjang dan nafsu. Lebih penting lagi adalah kesesuaian dalam pemikiran,
spiritual dan emosi. ALLAH berfirman dalam Thaha ayat 132, “Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya.”
- Hubungan dengan istri dengan tuntunan syara’. Rasul
bersabda, “Tidaklah seseorang menuruti istrinya dalam hal yang diinginkan
nafsunya, kecuali ALLAH pasti menelungkupkan wajahnya di neraka.” Dalam
kesempatan lain, beliau berkata, “Sungguh celaka budak istri.”
3. Tanggungjawab bersama dalam
mendidik anak
Pada hakikatnya, buah yang
diharapkan dari terbentuknya rumah tangga muslim adalah memunculkan keturunan
yang shaleh.
Dalam Al-Furqan, ayat 74, ALLAH
berfirman,
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada
kami istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Rasulullah bersabda,
“Tiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi.” (HR. Muttafaq ilaih)
Selain itu, Rasul juga berkata,
”Tidaklah seorang ayah memberi
kepada anaknya suatu pemberian yang lebih utama daripada adab yang baik.” (HR.
Tirmidzi)
5. KITA HARUS MENGALAHKAN HAWA NAFSU KITA
ALLAH berfirman,
”Dan demi jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka ALLAH mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams:
7-10)
Beberapa hal yang dibahas dalam
point kelima ini adalah:
- Sifat-Sifat Manusia
Dalam pergulatan melawan hawa nafsu,
manusia terbagi menjadi beberapa tipe:
- Yang dikalahkan oleh nafsu mereka. Mereka cenderungan pada kehidupan dunia. Mereka
adalah orang-orang kafir yang melupakan ALLAH.
- Yang bersungguh-sungguh memerangi nafsunya. Terkadang menang, terkadang kalah. Mereka berbuat
kesalahan, tetapi kemudian bertaubat.
ALLAH berfirman,
”Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
ALLAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain ALLAH? Dan merekatidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui.” (Ali-Imran:135)
Rasulullah bersabda,
”Setiap anak Adam banyak melakukan
kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah
orang-orang yang banyak bertaubat.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi)
Relevan dengan hadits ini, ada
sebuah riwayat dari Wahab bin Munabih. Ia berkata,
“Sesungguhnya Iblis pernah berjumpa
dengan Yahya bin Zakaria. Lalu, Yahya bin Zakaria berkata kepadanya,
“Beritahulah aku tentang karakter anak Adam dalam pandangan kita!”
Iblis menjawab, “Segolongan dari
mereka adalah orang-orang sepertimu yang maksum. Kami sama sekali tidak mampu
berbuat apa-apa untuk menggoda mereka. Golongan kedua adalah orang-orang yang
di tangan kami ibarat sebuah bola yang ada di tangan anak-anak kita. Keadaan
diri mereka sendiri telah memberi peluang bagi kami, sehingga kami tidak perlu
bersusah-susah menggoda mereka. Dan golongan ketiga adalah orang-orang yang
paling menyulitkan kami. Kami selalu mendatangi mereka, tetapi setelah kami
memperoleh apa yang kami hajatkan darinya, lantas ia tiba-tiba beristigfar memohon
ampun sehingga istigfar itu merusak apa yang telah kami peroleh darinya. Jadi,
kami tidak pernah putus asa menggodanya, tetapi kami juga tidak pernah
mendapatkan apa yang kami perlukan darinya.”
2. Perangkat-Perangkat untuk
Memenangkan Pertarungan Melawan Hawa Nafsu
- Hati. Ali
bin Abi Thalib berkata, ”Sesungguhnya ALLAH memiliki bejana di bumi-Nya,
yaitu hati. Maka, hati yang paling dicintainya adalah hati yang paling
lembut, jernih dan kukuh.”
- Akal.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa dikehendaki baik oleh ALLAH, niscaya Ia
memahamkannya mengenai agama.” (HR.Muslim)
3. Indikasi-Indikasi Kekalahan
Akhlak
”Sesungguhnya, ketika hati mati atau
mengeras, ketika akalnya padam atau menyimpang, dan ia kalah dalam
peperangannya melawan setan, ketika itu banyak pintu kejahatan di dalam dirinya
sendiri dan setan mengalir di dalam diri anak Adam sebagaimana aliran darah.”
(hal.72)
4. Sarana-sarana untuk
membentengi diri dari masuknya setan
Setan mendatangi manusia dari 10
pintu:
- Ambisi dan buruk sangka
- Kecintaan terhadap dunia dan panjang angan-angan
- Keinginan untuk santai dan bersenang-senang
- Bangga diri
- Meremehkan dan kurang menghargai orang lain
- Dengki
- Riya’
- Kikir
- Sombong
- Tamak
6. KITA HARUS YAKIN BAHWA
MASA DEPAN ADALAH MILIK ISLAM
Keyakinan ini didorong oleh beberapa
faktor:
- Rabbaniyyah Manhaj Islam
- Universalitas Manhaj Islam
- Elastisitas Manhaj Islam
- Kelengkapan Manhaj Islam
- Keterbatasan sistem-sistem “wadh’iyyah”
PADA BAGIAN KEDUA, penulis menjelaskan tentang afiliasi terhadap gerakan Islam.
Ia menulis sebagai berikut,
”Dasar untuk mengaku sebagai aktivis
pergerakan Islam adalah hendaknya pada diri seseorang telah terwujud semua
sifat dan karakteristik pengakuannya sebagai Muslim. Inilah yang menjadikan
pergerakan Islam memberikan perhatian terhadap kaderisasi, agar muncul individu
Muslim yang benar keislamannya, sebelum menyiapkannya sebagai aktivis
pergerakan.” (hal.83)
Karakteristik yang harus dimiliki
oleh setiap Muslim agar pengakuan keislamannya benar, sebagai berikut:
- KITA HARUS HIDUP UNTUK ISLAM
Manusia terbagi menjadi tiga
golongan:
1. Golongan yang hidup untuk dunia. Kaum materialis. Oleh Al-Qur’an, mereka disebut
sebagai “dahriyin”.
Lenin, salah seorang tokoh Komunis
Rusia, pernah mengomentari pendapat seorang filosof seperti ini, “Sesungguhnya,
alam semesta ini tidak prenah diciptakan oleh Tuhan atau manusia. Ia telah ada
sejak semula dan akan tetap ada. Ia akan menjadi obor yang hidup abadi, ia akan
hidup dan padam mengikuti hukum-hukum tertentu.”
2. Golongan yang tercampakkan
di antara dunia dan akhirat.
Mereka menjalankan agama secara ritual,
formalitas belaka. Akan tetapi keyakinannya goyah.
3. Golongan yang menganggap
dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat.
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini,
selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
(Al-An’am: 32)
Bagaimana kita hidup untuk Islam?
1.
Mengetahui tujuan hidup
2.
Mengetahui nilai-nilai dunia
dibandingkan dengan akhirat
“Dunia
adalah penjara orang mukmin dan surga orang kafir” (HR.Muslim
3.
Menyadari bahwa kematian pasti
datang dan mengambil pelajaran darinya
”Kubur
adalah satu taman diantara taman-taman surga atau satu parit di antara
parit-parit neraka.” (HR.Thabrani
4.
Mengetahui hakikat Islam
5.
Mengetahui hakikat jahiliyah
6.
Rasulullah berkata, ”Barangsiapa
mempelajari bahasa suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”
- KITA HARUS MEYAKINI KEWAJIBAN MEMPERJUANGKAN
ISLAM
Memperjuangkan Islam adalah wajib.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:
- Kewajibannya sebagai prinsip
- Kewajibannya sebagai hukum
- Kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat
- Kewajiban secara individu dan kolektif
- Barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk
dirinya sendiri
- PERGERAKAN ISLAM; MISI, KARAKTERISTIK, DAN PERLENGKAPANNYA
- Misi Pergerakan Islam. Tegaknya agama ALLAH di muka
bumi.
- Karakteristik dasar pergerakan Islam:
·
Rabbaniyyah (Ketuhanan)
·
Pergerakan independen
·
Pergerakan progressif
·
Pergerakan komprehensif
·
Menjauhi Perselisihan fiqih
- Spesifikasi Gerakan Islam
·
Jauh dari kekuasaan para penguasa
dan politikus, walau di antara anggotanya ada yang menjadi penguasa dan
politikus
·
Memiliki tahapan dalam dakwahnya.
Imam Hasan Al-Banna, dalam Risalah Ta’alim, menjelaskan bahwa dakwah ini
memiliki tiga tahapan: ta’rif (pengenalan), takwin (pembentukan), dan tanfidz
(pelaksanaan).
Tahapan Ta’rif :
Menyebarkan fikrah umum kepada
masyarakat, sarananya adalah pengajian dan bimbingan, pendirian lembaga-lembaga
yang bermanfaat, serta sarana-sarana operasional lainnya.
Tahapan Takwin :
Menyaring unsur-unsur yang baik
untuk memikul beban-bedan jihad dan membentuk sinergi satu sama lain. Aturan
dakwah dalam tahapan ini adalah sufi murni dilihat dari aspek spiritual dan
militer murni dilihat dari aspek operasional. Pada tahapan ini tidak ada yang
berhubungan dengan dakwah selain orang yang memiliki kesiapan sejati untuk
memikul beban-beban jihad yang panjang dan banyak tanggungjawab. Tanda-tanda
pertama kesiapan adalah ketaatan yang penuh.
Tahapan Tanfidz :
Dakwah pada tahapan ini berupa jihad
tanpa kompromi, aktivitas berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan, serta
ujian dan cobaan yang tidak mungkin mampu bersabar menghadapinya selain
orang-orang yang tulus. Tidak ada yang menjamin kesuksesan dalam periode ini
selain ketaatan yang penuh pula.
- Mengutamakan aktivitas dan produktivitas ketimbang
klaim dan propaganda
- Mengatur napas yang panjang
- Nyata dalam aktivitas, rahasia dalam organisasi
- Uzlah kejiwaan, bukan fisik
- Tujuan tidak menghalalkan segala cara
4. Perlengkapan Pergerakan
Islam
- Memiliki keimanan yang kuat
- Meyakini jalan yang mereka tempuh, keistimewaan dan
kebaikannya
- Meyakini persaudaraan serta hak-hak dan kesakralannya
- Meyakini agung dan besarnya pahala
- Meyakini akan diri sendiri
4. KITA HARUS MENGETAHUI JALAN PERJUANGAN ISLAM
”Kita bukanlah organisasi sosial,
bukan partai politik, bukan pula organisasi domestik yang memiliki keterbatasan
tujuan. Tetapi kita adalah ruh baru yang mengalir di dalam hati sanubari umat
ini, kemudian dihidupkan oleh ALLAH dengan cahaya Al-Quran. Kita adalah cahaya
baru yang bersinar terang, yang akan memorak-porandakan kegelapan hidup
hedonistis dengan makrifatullah. Ketahuilah, kita adalah suara yang bergaung
keras dengan menggemakan seruan Rasulullah Saw.”
5. KITA HARUS MENGETAHUI DIMENSI
AFILIASI KITA KEPADA PERGERAKAN ISLAM
- Afiliasi dalam akidah
- Afiliasi dalam tujuan
6. KITA HARUS MENGETAHUI
POROS-POROS PERJUANGAN ISLAM
Tiga Poros Perjuangan Islam :
- Kejelasan tujuan
- Kejelasan jalan
- Komitmen terhadap jalan Rasul Saw.
Posisi Kekuatan Fisik dalam Strategi
Pergerakan Rasulullah berkata,
”Mukmin yang kuat itu lebih dicintai
ALLAH daripada mukmin yang lemah.” (HR.Muslim)
7. KITA HARUS MENGETAHUI
PERSYARATAN BAIAT DAN KEANGGOTAAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
- Kualitas bukan kuantitas
- Baiat dan hukumnya
- Ketaatan dan hukumnya
- Rukun-Rukun baiat
- Kewajiban-Kewajiban Akhi Muslim.